Tragedi Lucu Di MARKAS AKATSUKI
TRAGEDI LUCU DI MARKAS AKATSUKI
1 Vote
GUBRAKK!! Pintu depan markas Akatsuki rubuh seketika.
Kesepuluh anggota Akatsuki masuk ke gua tanpa peduli nasib si pintu. Semuanya
keliatan lelah, letih, lesu, lemah, lunglai (?? Itu sih gejala anemia). Maklum,
seharian ini mereka menjalankan misi (ilegal).
“Jaa~ minna! Oyasumi nasai!” seru Pein sambil nguap lebar.
Si muka piercing masuk ke kamarnya bareng Konan. Delapan antek-anteknya
menjawab ogah-ogahan karena udah diserang ngantuk berat.
Kisa- Ita masuk ke kamar mereka, yang letaknya persis di
sebelah kamar Pein-Konan. Kamar Kaku-Hidan di sebelahnya, kemudian kamar
Saso-Dei, dan paling ujung kamar Zetsu-Tobi.
Tapi kamar di ujung itu cuma ditempati Zetsu seorang. Tobi
mana mau sekamar sama makhluk aneh jelmaan tumbuhan itu. Alhasil, dia maksa
Deidara sekamar dengannya, meskipun sebelumnya dia harus adu bacot sama Sasori
yang keberatan. Mau nggak mau, Sasori harus mau lantaran dia kalah suit dari
Tobi.
Beberapa menit setelah mereka memasuki kamar masing-masing…
“MAJALAH BOKEP GUE…!!!”
“IKAN-IKAN GUE…!!!”
“DUIT GUE…!!!”
“LEMPUNG GUE UN…!!!”
“TEDDY BEAR GUE…!!”
“TOPENG TOBI…!!”
Teriakan itu keluar dari kamar masing-masing. (udah tau kan kira-kira itu
teriakan siapa ajah?)
Kompak semua kepala muncul di pintu kamar masing-masing.
Semuanya saling pandang dengan tatapan bego plus heran.
“Kenapa lu pada ikut-ikutan teriak?” tanya Pein setelah
keluar dari kamar, disusul Konan dibelakangnya. Anggota Akatsuki (minus Pein)
saling lirik lagi. Pein makin bingung.
“Anou… majalah bokep Leader-sama kenapa?” tanya Tobi dengan
polosnya. Kepalanya doang yang nongol di pintu, bersusun sama kepala Deidara
dan Sasori. Sasori yang ada di paling bawah paling kasian karena si Tobi sama
Deidara grasak-grusuk gaje.
Mulut Pein langsung manyun nyaingin Tukul (maap ya Mas!).
“Majalah gue… ancur lebur gini! Hiksu~” Pein nunjukin majalahnya yang udah
porak-poranda sobek di mana-mana. Pinggirannya udah grepesan kaya’ dimakan
rayap. “Ulah sapa neh?” tanya Pein, death glare nyamber-nyamber di belakangnya
(untung dia ga kesamber). Rinnegan-nya ga lupa diaktifin.
“Tunggu dulu, Pein-sama!” Kisame keluar sambil megang
akuarium bekas toples kripik jengkol yang isinya tinggal tulang-belulang ikan
ngambang.
“Kisame-senpai!” teriak Tobi. “Lu baka apa aho? Masa
akuarium diisi tulang, yang ada juga diisi duit!”
DUAKK!! Tonjokan Deidara sukses mengenai dagu Tobi, dia
sampai terhuyung ke belakang dan tepar di kasur. (Tobi pinter juga milih tempar
tepar). Akatsuki yang lain sweatdropped.
“Dasar super baka lu, un!” umpat Dei. “Yang diisi duit tuh
celengan bagongnya Kakuzu, un!”
“Whooii! Ikan gue!” Kisame berusaha menarik kembali
perhatian konco-konconya. “Sape neh yang bikin peliharan tercinta gue tinggal
sejarah?”
“Bukannya elu yang jarang kasih makan ikan lu?” Sasori
sewot. Dia udah keluar dari kamar, pinggangnya udah encok dari tadi bungkuk
mulu ngintip di pintu.
“Lagian yang paling pantes dicurigai, un, si Itachi yang
satu kamar sama elu, un!” sahut Deidara ikut-ikutan keluar.
“Ape lu kate?” Itachi udah siap-siap ngaktifin
mangekyou-nya. “Nuduh jangan seenak udel lu ye!”
“Apa? Udel Deidara enak?” Zetsu tiba-tiba nongol dari
lantai. Tepat di hadapan Deidara.
“Eh, eh, un! Lu mao makan gue, un? Bo’ong, un! Udel gue
bodong, un, kaga enak, un!” Deidara mundur-mundur sampe sengaja nginjek kaki
Kisame.
“UADAWW!!” jerit Kisame. Akuarium bekas toples kripik
jengkolnya lepas, mendarat dengan nyaman di kaki Itachi, bergelinding, lalu
pecah. “UAAADDAWW!!” Itachi melanjutkan jeritan Kisame. Akatsuki (minus
Kisa-Ita) sweatdropped (lagi).
Tanpa peduli derita Kisa-Ita, Kakuzu ngelanjutin. “Duit gue
ludes! Nasibnya sama kaya majalah bokep Pein-sama,” kata si mata ijo sambil
berlinang air mata. Dia nunjukin duit-duitnya. Yang tadinya tu duit 100.000
udah jadi 100 karena 3 nol dibelakangnya lenyap lantaran robek.
“Kaga cuman elu, un! Lempung-lempung gue yang gue simpen
rapih di lemari besi, un, ludes semua, un,” Deidara nyamber tanpa minta maap
sebelumnya sama Kisame.
“Mampus lu!” inner Kisame dan Itachi. (kok Itachi jadi
ikutan?)
“Teddy bear gue juga jadi korban,” Sasori ngeluarin boneka
beruang besar dari kamarnya. Matanya copot sebelah, kupingnya ilang satu, satu
kakinya udah hampir lepas. Badannya udah compang-camping, kapas-kapas di
dalamnya menyembul keluar dengan sempurna. Akatsuki yang lain sweatdropped lagi
(kali ini yg gede).
“Boneka kaga ada artinya dibandingin duit!”
“Gue lebih milih kehilangan duit dari pada hidup tanpa
majalah bokep!”
“Majalah bokep nggak punya nilai seni setara ledakan, un!”
“Teddy kesayangan gue…” Sasori tetep ga mau kalah meski
ngomong pake sesegukan sambil meluk teddy-nya.
“Ikan gue makhluk hidup yang lebih penting dari benda-benda
bulls**t elu pada!”
Maka terjadilah perdebatan (yang sangat nggak penting)
antara mereka berlima. Konan, Hidan, Zetsu, dan Itachi yang kakinya jadi
cantengan, nonton mereka dengan asiknya sambil duduk-duduk makan kacang di
sofa.
“Tunggu!” Konan nyela. “Perasaan tadi gue denger Tobi
teriak juga.”
“Perasaan lu doang!” kata Hidan enteng sambil kipas-kipas
pake duit Kakuzu yang udah robek. Itachi dan Zetsu manggut-manggut aja sambil
suap-suapan kacang.
“Jadi cuma Konan-senpai yang denger teriakan Tobi?” tanya
Tobi lirih di pintu kamarnya. Semua Akatsuki nengok. Kalo nggak ketutupan
topeng lollipop, mukanya pasti udah keliatan melas banget lantaran nahan nangis
karena terharu.
“Elu udah sadar, un?”
“Jadi bener tadi lu juga teriak?” Konan penasaran.
Tobi manggut doang. Yang lain jadi kasian ngeliatnya.
“OH IYA!” Hidan tiba-tiba teriak bikin kaget yang lain.
“Tadi Tobi teriak ‘topeng gue’ kan?”
“Ho oh!” Tobi manggut lagi.
“Topeng lu napa?” tanya Pein.
Tobi garuk-garuk dagunya, sok-sok mikir gituh. “Topeng Tobi
nggak kenapa-napa tuh!”
“Trus ngapain lu teriak?” tanya Pein lagi dengan nada naik
empat oktaf.
“Abisnya, semua senpai pada teriak. Tobi ikut ajah biar
makin rame!” sekali lagi kalo nggak pake topeng, semua bisa liat Tobi lagi
cengar-cengir. Akatsuki (minus Tobi) sweatdropped gede.
Singkat cerita, malam itu diketahui banyak barang
‘berharga’ mereka yang rusak. Selain majalah bokep Pein, ikan peliharaan
Kisame, duit Kakuzu, lempung Dei, dan teddy bear Sasori, belakangan diketahui
makanan mereka ludes sama meja-mejanya, jubah cadangan ancur beserta lemarinya,
bahkan tanaman kesayangan Zetsu ngilang sama sekali. Yang ada tinggal pot sama
tanah yang berserakan di lantai.
Dasar Zetsu yang emang dasarnya jarang ngomong, nggak
teriak sama sekali ngeliat kondisi tanaman yang dirawatnya tiap hari dengan
penuh kasih sayang. Sebenarnya, dia pengen ngamuk-ngamuk sampe tega makan temen
sendiri. Tapi dipikir-pikir, kalo temennya abis dia makan, nggak ada lagi yang
mau temenan sama dia. (bener juga, siapa lagi yg mau nampung Zatsu kalo bukan
Akatsuki?) -author ditelen Zetsu idup-idup-
-oOo-
Sinar matahari pagi masuk ke markas Akatsuki lewat pintu
depan yang belum juga dibenerin. Semaleman anggota Akatsuki nggak tidur,
kecuali Konan, Hidan, dan Tobi tentunya.
Pein, Kisame, Kakuzu, Dei, Sasori dan Zetsu sibuk mikirin
barang-barang mereka. Sedangkan Itachi nggak tidur lantaran cantengan di kakinya
yang nyut-nyutan tiada henti. Sumpah serapah terus diucapkannya dalam hati
untuk Deidara. Padahal yang bikin kakinya cantengan si Kisame. Tapi bagi Ita,
kakinya nggak bakal cantengan begitu kalo bukan karena makhluk yang nggak jelas
gendernya itu -author dibom Dei- nggak nginjek kaki Kisame. (kalo gitu sih yang
lebih pantes disalahin si Zetsu dong!)
Pein udah capek terus-terusan cuma meratapi nasib majalah
bokepnya. Meskipun bingung apa yang kemaren melanda markas Akatsuki selagi
mereka menjalankan misi.
“Gue akan panggil detektip.” Semua mata mengarah padanya.
“Kejadian ini ga bisa dibiarin gitu ajah, guys!” lanjutnya.
Kakuzu celingukan. “Di sini sapa nyang namanya ‘guys’?”
tanya Kakuzu dengan begonya. Dia nggak nyadar udah buka aib sendiri.
“Baka!!” Pein sweatdropped. “Ntuh maksudnya ‘kawan’! Bahasa
Inggris tuh, bahasa gaul.”
“Sejak kapan Leader-sama belajar bahasa Inggris gaul, un?”
Pein mesam-mesem. “Majalah bokep yang biasa gue baca selalu
pake kata-kata ntuh! Ada gunanya juga kan gue langganan tu
majalah!” kata Pein dengan bangganya.
“Boleh juga tuh gue ikutin,” inner Itachi, “biar gue makin
keren pake bahasa gaul.” (author sweatdropped)
“Trus detektip mana yang mao Pein-sama panggil?” tanya
Kisame.
Pein korek-korek kuping pake kelingkingnya sambil sok-sok’an
mikir, ujung-ujungnya meper ke Dei. “YAKKZ!!” jarit Dei nahan muntah.
“Gimana kalo Mouri Kogoro?” usul Kisame. “Dia kan terkenal dengan
Kogoro Tidur-nya.”
“Hn! Yang hebat tu Kudou Shinichi,” serang Itachi.”Dia yang
berperan di belakang si baka tukang tidur itu!”
“Hattori Heiji ajah un!” Deidara ikut-ikutan. “Dia nggak
kalah hebat dari Shinichi, un. Lagi pula, dia kan kakkoi, un!” kata Dei sambil mesam-mesem
gaje. Yang lain sweatdropped.
“Jangan!” Kakuzu akhirnya membantah. “Kalo manggil mereka,
kita bisa tekor. Tarip mereka pan mahhhal!” lanjutnya sambil mencet-mencet
tombol kalkulator tukang sayurnya.
“HARI GENE MANA ADA
NYANG GRATEES!!” Itachi, Kisame, Sasori dan Dei (khusus Dei tambahin sendiri
pake ‘un’) teriak dengan ‘merdunya’ tepat dikuping Kakuzu. Zetsu
manggut-manggut doang sampe venus flytrap-nya goyang-goyang persis pohon ketiup
angin.
“Ada
kok yang gratis!” sahut Pein tiba-tiba. Lampu mercusuar nyala di atas kepalanya
(lebaiy).
“Heh?!?” yang lain kompak keheranan. Kakuzu justru kompak
lantaran seneng.
“Maksud Pein-sama apa?” tanya Sasori.
Pein senyum-senyum sok misterius. “Pokoknya siang ini orang
itu pasti dateng ke markas kita,” kata Pein sebelum ngilang entah kemana.
-oOo-
Siang itu, semua anggota Akatsuki (minus Pein)
tumben-tumbenan ada di markas. Jelas aja, mereka baru aja kena shock berat
lantaran kejadian semalem. So, nggak satupun anggota Akatsuki yang semangat
untuk keluar ngejalanin misi seperti biasa. Konan, Hidan, dan Tobi emang nggak
kenapa-kenapa. Mereka ikut-ikutan aja males keluar. Mereka malah cari kesibukan
sendiri. Sedangkan Itachi udah tau sendiri kan alasannya.
Kisame sibuk ngubur ikan-ikannya yang tinggal tulang
belulang di halaman belakang. Dei sibuk bikin lempung baru. Kakuzu sibuk
ngejait teddy bearnya Sasori, dia mau banget lantaran diiming-imingi duit
segepok. Sementara Sasori sendiri malah asik-asikan nonton TV, ditemenin Itachi
yang lagi ngerendem kakinya yang masih cantengan. Ada Tobi juga yang selalu
turut serta.
Tapi Tobi disitu bukan untuk nonton TV, dia justru sibuk
bolak-balik halaman majalah bokep punya Pein yang udah nggak jelas bentuknya,
tapi masih bisa diliat-liat(???). Zetsu sibuk ngereboisasi tanaman di
pot-potnya.
Konan ngelanjutin latian bikin origami ke tahap yang lebih
susah, yaitu bikin burung layang (maklumin aja! Konan nggak pernah punya waktu
buat latian saking sibuknya sama misi, jadi sampe sekarang belom juga bisa
bikin origami burung layang).
Saat-saat kaya’ ini juga dimanfaatin Hidan buat
melaksanakan ritualnya di kamar. Dari pagi pintu kamar dikunci rapet-rapet.
Kakuzu sampe nggak mandi lantaran Hidan nggak ngijinin dia masuk, padahal dia
cuma mau ngambil baju ganti. (bukannya biasanya juga Kakuzu nggak pernah
mandi?) -author digampar pake duit segepok-
Konan keluar dari kamarnya setelah jenuh belajar origami.
Saking susahnya, bukannya jadi burung layang, kertas-kertas itu malah
robek-robek semua.
“Pein ke mana sih? Gue kok nggak diajak?” tanyanya pada
Sasori dan Itachi yang masih asik melototin film kartun Barbie.
“Nggak tau!” jawab Sasori ogah-ogahan. Matanya nggak lepas
dari layar TV. Innernya “tu Barbie cakep bener dah! Pengen banget jadi koleksi
boneka gue.” (author sweatdropped)
“Tadi sih katanya Leader-sama mau nyari detektip,” Tobi
dengan baik hatinya mau ngejawab.
“Detektif? Buat apa?” tanya Konan dengan polosnya.
“Buat ngulek sambel!” celetuk Itachi. “Ya buat apa lagi
kalo bukan buat nyelidiki sapa yang udah berantakin markas kita.”
“HEEEELP…!!” tiba-tiba terdengar teriakan Pein dari luar.
Konan, Sasori, Tobi nyamperin pintu. Itachi yang kakinya
masih cantengan juga ikut-ikutan karena penasaran, dan…
BRUUKK…
Mereka berempat ditabrak Pein idup-idup. Kelima-limanya
jatuh tersungkur.
“Apa-apaan sih, Pein?” bentak Konan setelah bangkit
kembali.
“HOAAA~ JEMPOL GUE!!” jerit Itachi. Kakinya ditiban badan
Tobi. “Minggir lu!” dia nendang Tobi sekenceng-kencengnya sampe Tobi kelempar
ke tembok trus pingsan. Sementara Sasori dan Pein bangun dengan terhuyung.
Karena kehilangan keseimbangan, kepala mereka saling beradu.
“WADAUU!!” Pein dan Sasori kompak megangin kepala
masing-masing.
Beberapa detik kemudian terdengar gonggongan anjing,
sepertinya jumlahnya lebih dari satu. Dan nggak lama, seorang shinobi berambut
perak dan wajah bermasker muncul di pintu sama anjing-anjingnya yang nggak
satupun bertampang manis.
Konan bengong. “Keren banget…! Lebih keren dari Pein”
innernya.
“Elu…” Sasori cengo.
“Hatake Kakashi?!” sahut Itachi dengan nggak percaya
setelah berdiri. “Ngapain lu ke sini?
“Gue kaga ada urusan sama lu!” jawabnya singkat, padat, dan
nggak jelas. “Eh, muka piercing, sini lu!”
Pein cepat-cepat ngumpet di belakang Konan, Itachi, dan
Sasori.
“Pein-sama, ngapain lu ngumpet? Takut sama dia?” tebak
Sasori.
“Enak ajah lu ngemeng!” Pein mukul kepala Sasori pake buku
yang dikeluarin dari jubah. “Gue bukan takut sama dia, tapi anjingnya noh!”
Konan, Itachi, dan Sasori sweatdropped.
“Eh, balikin tuh Icha Icha Tactics gue!” Kakashi
nunjuk-nunjuk buku yang dipegang Pein.
“Kalo lu mau ni buku balik, lo mesti turutin apa mau gue!”
Alis Kakashi naik sebelah. “Mau lu ape?”
“Gampang kok! Gue cuma pengen pinjem pakkun lo buat
nyelidikin siapa yang berantakin ni markas. Kalo pelakunya udah ketangkep, ni
buku pasti gue balikin. Tapi gue boleh pinjem dulu kan? Mau gue baca dulu.” Yang lain
sweatdropped lagi.
“Okeh! Gue ladenin! Tapi gue nggak bakal pinjemin ke lu,
gue juga belum selese bacanya! Beli sendiri napa? Gue denger akatsuki punya
banyak simpenan duit.”
“Kalo bisa juga udah gue beli dari dulu! Seluruh duit
Akatsuki dipegang (baca : dikuasai) Kakuzu.” Untungnya Kakuzu nggak ada di
situ.
Singkat cerita Kakashi nyuruh pakkun buat nyelidikin
seluruh isi markas akatsuki demi Icha Icha Tacticsnya. Dan hasilnya, di loteng
ditemukan sarang tikus dengan tikus yang nggak terhitung jumlahnya. (apa pakkun
emang ga bisa ngitung yak?) -digigit-
“Markas kalian sekarang jadi markas tikus!” kata pakkun
enteng.
“KYAAA!! Gue benci tikus, un!” jerit Deidara yang udah
nangkring di atas meja.
“Cuma tikus?” Pein nggak percaya. “Yang bikin ulah sampe
kayak gini cuma tikus??”
“Kalo cuma tikus, biar gue sambit pake samehada kebanggaan
gue ini!” Kisame ngambil ancang-ancang naik ke loteng. “Tikus-tikus sialan!
Beraninya makan ikan-ikan belahan jiwa gue!” -author sweatdropped lagi-
“Tunggu dulu! Itu bukan tikus biasa,” cegah pakkun. Kisame
batal manjat tembok. “Itu tikus jeruk. Percuma aja dibunuh karena itu cuma akan
ngebuat mereka menggandakan diri.” (author : tikus jeruk diambil dari Inuyasha)
“Trus gimana ngebasminya kalo nggak dibunuh?” tanya Sasori
sewot.
Pein ngelirik Itachi. Semua mata jadi ikut-ikutan ngelirik
Itachi. Yang dilirik punya firasat buruk. “Nape lu pada ngeliatin gue?”
“Betul juga, satu-satunya cara aman yang bisa dilakukan
cuma mindahin tikus-tikus itu ke dimensi lain,” sahut pakkun.
“Nggak! Nggak! Pokoknya nggak!” Itachi geleng-geleng, nolak
busuk-busuk perintah secara nggak langsung itu. “Gila aja lu nyuruh gue
mindahin tikus sebanyak itu! Ogah!”
Pein lalu ngelirik Kakashi. Semua mata ikut-ikutan juga
ngelirik Kakashi. Yang dilirik punya firasat buruk. -author ngerasa dejavu-
“Betul juga, kalo dua orang pasti bisa!” kata pakkun lagi.
“Sialan lu, pakkun!” bentak Kakashi. “Sesuai perjanjian gue
cuma bantu penyelidikan. Cepet balikin Icha Icha gue!”
“Onegai, Kakashi-san!” Pein masang puppy eyes no jutsu
andalannya. “Kami takkan bisa tanpa bantuanmu.”
“Okeh! Gue mau!” kata Kakashi akhirnya dari pada nggak
sanggup nahan muntah.
Pein hampir jingkrak-jingkrakan persis bocah yang baru
dikasih permen. Tapi nggak jadi lantaran Kakashi bilang, “Tapi, gue minta
bayaran!”
Kakuzu langsung melotot ke Pein.
“Demi markas kita!” Pein memohon. “Kalo tikus-tikus ni kaga
diusir, kata bakal jadi gembel seumur idup! Hayo lo pilih bayar Kakashi-san
atau jadi gembel seumur idup?”
Kakuzu merinding ngebayangin dirinya jadi gembel jalanan.
Akan seperti apa nanti tampangnya? (sekarang aja nggak ada bedanya sama gembel
kolong jembatan) -mulut author dijait Kakuzu- “Okeh! Okeh! Terserah Pein-sama
aja!” katanya pasrah.
Akhirnya, Itachi dibantu Kakashi berhasil mindahin semua
tikus jeruk tanpa tersisa ke dimensi lain. Setelah nerima Icha Icha Tacticsnya
kembali beserta segepok duit dari Pein, Kakashi daa (dan anjing-anjing) kembali
ke Konoha. Akhirnya markas Akatsuki tentram kembali. Namun…
Konan celingak-celinguk. “Tobi mana yah? Ada yang liat Tobi nggak?” Setiap akatsuki
yang ditanya cuma geleng-geleng.
Di suatu tempat antah berantah di waktu yang sama. Tobi
bangun dari pingsannya. “Lho? Tobi di mana yah? Dei-senpai! Leader-sama!”
Hening. Nggak ada yang jawab. Cuma terdengar cicitan tikus-tikus di sekelilingnya.
“TOLONG!!” jerit Tobi akhirnya.
Rupanya sebelum Kakashi pergi, di depan pintu dia ngeliat
Tobi yang tergeletak nggak sadarkan diri. Karena mata Kakashi mulai rabun
lantaran sebelumnya dipake buat mindahin tikus yang berjubel, dia ngira Tobi
adalah biangnya tikus jeruk lantaran topeng Tobi yang warnanya sama dengan mata
tikus jeruk yang cuma satu. Alhasil, Tobi ikut juga dipindahin ke dimensi lain,
nyusul tikus-tikus itu. Poor Tobi!
0 komentar:
Posting Komentar